OH, SIAL!
"Ayolah Soori-ya~ bantu aku, jebal...." tatapan Jina memelas dan penuh harapan, mengingatkanku dengan karakter Puss In The Boots di film Shrek.
"Bukannya aku tidak mau mebantumu, Jina-ya. Tapi...." aku menghela napas. Duh, apa tidak ada perintaan yang lebih sulit lagi?
"Atau menurutmu, lebih baik kita jalan bertiga saja? Ketemuan biar lebih jelas? Iya, iya, Begitukah?" Jina tiba-tiba semangat sendiri.
Oh great, kayaknya ia bisa membaca pikiranku! Tidak cukup hanya jadi mak comblang, sekarang ia mau aku jadi makcomblang di antara dia dan Kai.
"Tapi seandainya kita bertiga trus, aku gak akan berani mengajak ngobrol, Kai pasti lebih asik ngobrol dengamu, deh. Geundae, kalau cuma aku dan Kai berdua saja, aku pasti grogi beraaattt. Ugh, Eottokhae? Menurutmu bagaimana, SooRi?" kembali, Jina melihatku dengan tatapan memelas dan penuh harapan. Seakan-akan ia seorang Cinderella yang lagi bingung gimana caranya bisa ke pesta dan aku adalah ibu peri nya.
"Jina-ya~ bukankah aku sudah penah cerita padamu berkali-kali ya? Kai itu sangat sulit untuk dicomblangi! Aku sudah tau itu! Dan aku sudah sering! Jina-ya~ read my lips, SERING. Sangat sering untuk mencoba menjojodohkan Kai, dari sepupuku sendiri sampai ke temennya bekas namjachinggu-ku. Tapi tak pernah bisa sukses, jangankan diajak jalan bareng, sms aja tidak pernah ia ladenin. Catat itu"
"Ara. Tapi apa kau ingat? Waktu Kai tiba-tiba bertanya padaku apakan aku sudah makan atau belum, keurigo...ia juga menawariku apakah aku sekalian beli makanan. Kai yang bertanya, loh! Kalo namja lain mungkin aki tidak peduli, tapi ini Kai! Dia kan tak pernah menunjukkan perhatian begitu sama yeoja! Keurochi? Jadi mungkin aku beda, Suri." Jina lagi-lagi melihatku dengan puppy eyes yang membuatku gerah.
"Na-ya, Kai itu sudah ku anggap oppa-ku sendiri. Dari masih bayi aku sudah mengenalnya, jadi aku tau jika ia marah akan seperti apa. Nah, setiap kali aku berusaha menjodohkan Kai dengan seseorang, pasti ia marah dan aku akan bertengkar dengannya. Aku malas, Jina, bertengkar dengannya lalu harus diem-dieman. Kau tau kan, kalo aku sangat membutuhkannya untuk membantuku mengerjakan tugas matematika.
Alasan lain aku tidak suka bertengjar dengan Kai adalah karena jiak eomma sampai tahu kami bertengkar, uang jajanku akan dikurangin. Ne, hal yang sama juga akan terjadi dengan Kai karena eomma-ku akan bercerita ke eomma-nya.
Berbeda dengan teman-teman yang berharap punya kakak laki-laki (oppa), aku justru suka menyesali kenapa orangtua ku dan orangtua Kai harus sahabatan sampai memiliki rumah sebelah-sebelahan seperti ini. Aku yang mestinya anak sulung dari dua bersaudara, malah tumbuh besar dengan perasaan seperti anak tengah. Untungnya Kai anak tunggal, kalau tidak, saudaraku akan makin banyak.
"Jadi kau tidak mau membantuku, nih, Yoon suri?" Jina memasang tampang seakan mau menangis.
"Ugh Jina-ya, jebal jangan menangis! Awas kau kalau sampe menangis!." Aku menarik napas dalam.Ya sudahlah ini yang terakhir kalinya aku menjadi mak comblang untuk para yeoja yang suka sama Ryan.
Jina harus bersyukur karena belakangan ini ia deket denganku sejak sekelompok untuk mengerjakan tugas kimia. Walaupun sekarang gaku jadi curiga, mungkin dia mendeketiku karena hanya mau minta bantuan untuk mendekati Kai.
"Ya sudahlah, Jina. Aku akan mengabulkan permintaanmu. Tapi traktirin makan siang di kantin ya selama seminggu. Yaksok?"
"Eung! Yaksok! YEAAAY! Jinjja gomawo SooRi yang yeppeo. Kalau aku sampai bisa jadian dengann Kai, apapun yang kau mau akan kuberikan! Kekekkkeke" senyum sumringah segera menggantikan tampang hampir menangis tadi.
Melihat Jina yang sekarang cengengesan, aku hanya bisa berharap semoga Kai bener-bener memiliki dengannya. Lumayankan, makan siang gratis selama seminggu.
Kai selama ini memang belum pernah pacaran dengan siapa pun. Padahal banyak yang menyukainya. Setiap kali aku tanya mengapa, selalu ada saja alasannya. Ingin konsen belajarlah, ingin menunggu sampai menemukan yang cantiknya seperti Song Hyekyo-lah. Huh, jinjja....
Apa ia merasa dirinya setampan WonBin?.
Apa ia merasa dirinya setampan WonBin?.
***
Kai sedang menyetem gitar sambil lesehan di ruang tamu rumahnya saat aku datang.
"Sedang apa, kau?"
"Matamu rabun? Tidak bisa liat sendiri aku sedang apa?"
Aku cengengesan lalu duduk di depannya.
"eomma dan appa-mu mana?"
"Sedang pergi keluar kota dan baru akan pulang besok. Tumben sekli kau basa basi segala? Biasa langsung teriak-teriak memanggil eomma."
"Chh, memangnya tidak boleh huh? Aku harus beratanya padau dulu begitu?"
Kai tidak mempedulikanku dan kembali asyik dengan gitarnya. Aku jadi bingung harus mulai nanya dari mana, tapi rasanya ingin banget cepat-cepat menyelesaikan tugas ini. Supaya hidupku bisa lebih tenang, tak perlu dengar rengekan Jina setiap hari.
"Kai, kau tau Jina, tidak?"
Kai mengangkat pandangannya ke arahku.
"Yang rambutnya sering diikat satu dan poninya seperti Dora?"
"Iya! Sekarang aku lagi dekat dengannya, nih. He-he-he."
Kai kembali asyik dengan gitarnya, sama sekali tidak memberi respon yang berarti.
"Hmm.... Jina ini anaknya baik banget, deh. Waktu tugas kimia kan aku sekelompok dengannya. Dia membantuku untuk mengerjakan tugas bagianku loh. He-he-he."
"Geurae? Itu sih dia saja bodoh aja mau bantuinmu."
Aku hampir saja ingin mau membalas perkataannya kalau tidak inget tugas ku dari Jina dan makan siang gratis.
"Anywaaayyy, selain baik, Jina ini juga pinter masak, cantik dan pinter. Dan satu lagi! Suaranya bagus, loh. Kalau kau main gitar sambil mengiringi dia nyanyi, pasti...."
Aku terdiam karena Kai menaruh gitarnya ke lantai dan menatapku tajam.
"Trus? Dia pasti sangat cocok menjadi yeoja chingu-ku dan aku pasti tidak akan nyesel jika pacaran dengannya, begitu?"
"Err.... Aniyo! Aku tidak berencana berkata begitu, kok."
Kai menaikkan salah satu alisnya dan memberi tatapan skeptis.
"...OKE. Jina minta tolong kepadaku. Dia bertanya apakah kau menyukainya tau tidak"
Kai menghela napasnya dan kembali main gitar. Terlihat jelas ia malas meladeni ku.
"Kai? Yaa! Otte? Kau menyukai Jina atau tidak?"
Kai tetap memainkan gitar seakan-akan tak mendengar pertanyaan-ku.
"Neo! Jawab! Suka atau tidak?"
"Atau."
"Chhh. Okay. Mmm....aku kasih pilihan. Pertama, kau menyukainya. Ke-dua, kau tidak menykainya. Ke-tiga, kau lumayan tertarik tetapi belum yakin untuk menjadi yeoja chingu-mu. Ke-empat, kau tidak menykainya tetapi tidak mau memberi jawaban pasti karena kau mau mempertahankan fans. Yang mana?"
"Hanya itu pilihannya?"
"Yaa! itu juga sudah lumayan banyak, masih kurang? Atau...kelima, kau penyuka sesama jenis?"
Kai memukul kepalaku pelan dengan buku chord lagu. Kemudian lagi-lagi dia menghela napas. Sambil meletakkan gitarnya di pangkuan, Kai menatapku. Selama beberapa saat, kami hanya saling memandang dalam diam. Wah, sepertinya pilihan kelima. Aku harus bereaksi gimana ya nanti?
"Aku pilih...hmm...pilihan yang ke-enam."
"HA? Eobseo!"
"Pilihan yang ke-enam. Aku tidak mungkin menyukainya karena aku menyukaimu. Hanya menyukaimu."
Aku tercengang. Hhh, orang ini ditanya serius malah bercan.... Aku makin bengong melihat Kai yang ngelengos dengan muka memerah karena malu.
OH, SIAL! Aku tidak jadi dapet makan siang gratis selama seminggu, deh.
(Oleh: Godeliva Olivia D, foto: tumblr.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar