Sabtu, 06 Mei 2017

LIVE-IN ; Social Project in Cilincing.

Ini cara penulisannya emang baku karena ini tuh sebenernya tugas makalah gue wkakaka, males gue edit ke bahasa sehari-hari jadi ya gue copas aja langsung hehe. Tujuan utama sih mau cerita aja biar ga lupa sampe gue tua nanti😋

SOCIAL PROJECT
LIVE IN

Nama saya Siska Amelia. Saya adalah mahasiswa D3 Sekretari STARKI. Saya akan menceritakan pengalaman Live in yang telah berlangsung pada tanggal 5 hingga 6 Mei 2017.

Pada Jumat, 5 Mei 2017, para mahasiswa gelombang 2 yang akan mengukuti live-in dikumpulkan di lobby untuk mengisi daftar hadir, kami semua juga diberikan makan siang. Tepat pukul 10 pagi di depan lobby aula bintang samudra, para mahasiswa berbaris sesuai nomor mobil tronton yang akan ditumpangi. Setelah dipastikan semua mahasiswa lengkap, kami semua memasuki mobil tronton.

Cuaca pagi itu cukup panas dan berdebu sehingga banyak dari teman-teman yang memakai masker dan mebawa kipas. Panasnya terik matahari ditambah mobil troton yang tidak ber-ac membuat teman-teman lelah bahkan sebelum sampai pada lokasi Live-in yakni di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Banyak juga teman-teman yang memutuskan untuk tidur diperjalalanan.


Setelah sampai di daerah cilincing, kami semua dikumpulkan di suatu tempat untuk dibagikan kelompok. Saya sangat berharap untuk berada dikelompok yang sama dengan teman dekat saya, atau paling tidak satu kelompok dengan teman sekelas yang tentunya sudah saya kenal. Untungnya saya satu kelompok dengan beberapa teman sekelas, saya pun merasa sedikit lega.


            Setelah dibagikan kelompok, kami menaikki mobil angkot untuk menuju ke lokasi. Saya sendiri mendapatkan kelompok yang tinggal disekitar sekolah empang. Yang saya bayangkan pertama kali saat mendengar kata ‘sekolah empang’ adalah : tinggal dan mengajar anak-anak pemulung dan nelayan disekolah kumuh yang terbuat dari bambu yang berlokasi di empang dengan air yang berwarna hitam dan berbau busuk. Namun, ternyata realitanya tidak seperti yang saya bayangkan.

Ketika saya sampai, saya disambut hangat oleh keluarga angkat saya, yakni Pak Bambang, Ibu Suriyati, anaknya yang bernama Bayu dan nenek (ibu dari bu suriyati). Mereka langsung mempersilahkan saya untuk duduk dan beristirahat sejenak.

Gambar dibawah merupakan hal pertama yang saya lihat ketika memasuki rumah orangtua angkat saya. Rumahnya berukuran kecil, kurang lebih 8m x 3m. Atap rumah terbuat dari kayu dan rotan. Rumah pak Bambang juga memiliki beberapa alat elektronik seperti kipas angin, televisi (layarnya berwarna kehijauan), dispenser, dvd yang sudah hampir rusak serta kulkas yang tidak berfungsi, yang kini fungsinya untuk menyimpan makanan dari tikus dan binatang lainnya.




Belum lama saya duduk, mereka langsung menawarkan saya makanan, padahal saat itu saya sudah cukup kenyang. Namun karena tidak sanggup menolak, akhirnya saya mengiyakan. Saya sangat bersyukur karena mereka memberi saya makanan yang layak, yakni nasi dengan tempe goreng, sayur asem, serta sambal.



Saya sempat izin ke toilet, dan foto dibawah inilah kondisi kamar mandi keluarga pak Bambang. Foto pertama adalah foto toilet, tidak ada pintu, hanya ada kain lusuh untuk menutupi toilet. Dan lubang toilet pun langsung terhubung ke kali yang berwarna hitam pekat. Kamar mandi ini sedikit terbuka sehingga sejujurnya membuat saya sedikit kurang nyaman. Foto kedua merupakan hal yang pertama saya lihat setelah keluar dari toilet, yakni dapur dan tempat berwudhu. Ada beberapa burung peliharaan yang berterbangan sehingga banyak kotoran di lantai yang terbuat dari triplek sehingga mengharuskan saya untuk menggunakan sandal. Menurut saya tempat ini kurang layak untuk berwudhu karena tempat tersebut kotor dan bau kotoran burung. Tetapi untungnya air dalam bak tersebut bersih sehingga saya masih bisa berwudhu. Di sisi kanan pada foto ke-2 merupakan pintu untuk kembali ke ruang tengah.



Setelah istirahat, sholat dan makan siang, pada pukul 2, saya diajak oleh pak Bambang untuk ikut memulung. Awalnya saya berpikir akan diajak mencari botol-botol dan gelas-gelas air mineral satu-persatu dijalanan dan selokan, ternyata saya salah. Saya menemani pak Bambang mendorong gerobaknya untuk pergi ke rumah-rumah tertentu, ke rumah yang memang biasanya memberikan berkarung-karung botol dan gelas air mineral.­­­­­




Botol-botol, mainan bekas, aluminium, dan kardus-kardus tersebut ditimbang disebuah rumah warga, saya membantu pak Bambang untuk mencatat timbangan barang-barang tersebut. Saya pikir pak Bambang akan dibayar karena telah mengambil baranng-barang bekas tersebut, lagi-lagi saya salah. Justru pak Bambang lah yang membayar orang-orang yang memberinya berkarung-karung barang bekas tersebut.

Setelah kurang lebih 2 jam saya berkeliling menemani pak Bambang, akhirnya gerobak pun penuh dan kami kembali ke rumah. Setelah sampai dirumah, saya membantu nenek dan ibu Suriyati untuk membuka merk air mineral, untuk yang berbentuk botol, tutup botol dipisahkan dan botolpun diremukkan, sedangkan untuk yang berbentu gelas, merk air dibagian atas dibuka lalu ditumpuk dengan gelas-gelas lainnya. Setelah saya bertanya kepada nenek, ternyata pak Bambang membeli barang rongsokan tersebut, tapi pak Bambang juga akan dibayar oleh oknum yang mengambil barang-barang dan botol-botol tersebut yang telah dibersihkan (dibuka-kan merk nya).



Setalah selesai melakukan pembersihan botol-botol air mineral tersebut, saya dipersilahkan untuk istirahat dan menonton tv bersama Bayu. Bayu merupakan anak ke-2 dari pak Bambang dan ibu Suriyati yang berumur 5 tahun. Anak pertama mereka yakni Sekar sekarang duduk di kelas 2 SMP. Namun saat saya pertama kali berada dirumah, Sekar sedang bersekolah, setelah sampai rumahpun, Sekar menyapa dan berkenalan sebentar dengan saya lalu masuk ke satu-satunya kamar yang ada di rumah itu. Ia terlihat lelah dan lebih sering terihat tidur.

Bayu sangat menyukai film animasi Angry Bird. Dan lucunya, dalam durasi film satu jam, ia hanya mengulang adegan saat Angry Bird sedang tertengkar dan marah dengan orang-orangan sawah. Ia bahkan sampai hapal percakapan dalam adegan tersebut. Ia sangat lucu dan menggemaskan saat tertawa lepas karena film tersebut. Selain ditemani Bayu, saya juga ditemani 2 teman Bayu, yakni Morin dan Revan.




Ini bayu

Ini revan

Bayu, Saya dan Morin
Sore hari sekitar pukul 5, saya diajak oleh pak Bambang untuk jalan-jalan ke sekitar rumah kerang, hal ini karena saya sempat bercerita bahwa beberapa teman saya ada yang ditempatkan di rumah kerang. Mungkin pak Bambang ingin agar saya bertemu dengan teman-teman saya. Kami bertiga menuju ke lokasi menggunakan motor yang entah milik siapa. Kami melewati perkampungan, melewati Kuburan Semper, dan melewati tempat kremasi cilincing. Sampai akhirnya kami sampai di lokasi. Dari parkiran pun sudah tercium bau amis yang menyengat. Kami bertiga masih harus berjalan kaki untuk sampai di rumah kerang. Sekitar 10 menit berjalan kaki, akhirnya kami pun sampai.



Banyak sekali kerang-kerang yang bertumpukan. Pemandangan ke laut pun cukup membuat hati saya tenang karena sudah cukup lama saya tidak melihat laut. Untungnya, cuaca sore itu tidak terlalu panas sehingga saya bisa menikmati pemandangan sore menuju laut yang cukup bagus. Tidak lupa saya mengambil beberapa foto bersama Bayu dan pak Bambang sebagai kenang-kenangan





Sayangnya kami tidak bertemu satu pun dengan teman-teman dari STARKI. Mungkin perkampungan yang saya singgahi berbeda dengan tempat yang teman-teman lain tempati. Kami pun memutuskan untuk pulang. Walaupun tidak bertemu dengan teman-teman yang lain, saya tidak kecewa sama sekali karena saya jadi bisa melihat dan terjun langsung melihat tempat pengupasan kerang.

Sebelum sampai dirumah, kami sempat mampir sebentar ke toko es kelapa untuk menghilangkan dahaga. Kami memesan 3 gelas es kelapa dan langsung meminumnya di toko tersebut.



Kami sampai dirumah sekitar pukul 7 malam. Lalu saya bersiap-siap untuk pindah ke rumah lain. Sebenarnya saya seharusnya tidur di rumah pak Bambang, namun karena saat itu ada nenek (ibu dari bu Suriyati) yang sedang berkunjung, saya dipindahkan ke rumah lain yang tidak jauh dari rumah pak Bambang, kurang lebih 100meter dengan berjalan kaki.

Pukul 8 malam saya sampai di rumah lain (rumah ibu Amel). Ternyata ada 2 mahasiswa dari STARKI, yakni Kiki Putri (D3 Sekretari) dan Niken Montana (S1 Komunikasi). Lalu kami mengobrol bersama karena memang tidak ada lagi pekerjaan yang harus kami lakukan. Karena malem itu udaranya cukup panas, kami memutuskan untuk mandi bergantian. Untungnya kamar mandi rumah ibu Amel layak digunakan. Kamar mandinya tertutup dan bersih sehingga kami dapat mandi dengan tenang.

Kami disediakan kamar untuk tidur bertiga. Walaupun sedikit berdebu, namun kami bertiga merasa bersyukur masih dapat tempat tidur yang layak, dengan kasur yang empuk dan disertai dengan bantal daan guling. Karena yang saya dengar dari teman-teman yang lain, mereka ada yang tidur di lantai, kamar mandi yang mereka tempati pun kurang layak, bahkan ada yang sangat susah mendapatkan air bersih, ada pula yang tinggal di dekat tempat prostitusi dimana banyak orang yang mabuk. Oleh karena itu, saya pribadi sangat amat bersyukur ditempatkan dirumah yang aman dan nyaman.

Saya bangun pukul 7 pagi. Setelah siap-siap, saya kembali ke rumah pak Bambang sekitar pukul 8 pagi. Setelah sampai, saja diajak untuk sarapan pagi dengan menu ayam dan telur rica-rica. Sekitar jam 9 pagi, saya diajak pak Bambang untuk kembali mengambil barang di suatu rumah. Jaraknya tidak jauh hanya sekitar 150meter dari rumah pak Bambang.



Setelah selesai, saya kembali menamani dan bermain dengan Bayu, saya pinjamkan ponsel saya untuk menonton video di youtube. Ia sangat senang dan terkagum-kagum dengan video-video di youtube seakan belum pernah sama sekali melihat canggihnya teknologi.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11, saya mulai bersiap-siap untuk pulang. Saya berpamitan dengan Pak Bambang, Sekar, dan nenek. Ibu Suriyati dan Bayu menemani saya ke tempat berkumpul para mahasiswa STARKI di sekolah empang. Setelah sampai, saya berpamitan dan mengucapkan terimakasih. Setelah menunggu kurang lebih 1 jam. Akhirnya kami sampai ditempat perkumpulan. Kami diberi makan siang berupa ayam dan sayur. Setelah semua siap, kami semua berangkat menggunakan tronton yang sama seperti saat kami berangkat. Semua teman-teman terlihat lelah, lesu dengan rambut yang lepek. Semuanya sangat tidak sabar untuk mandi dan keramas. 



Setelah sampai di kampus, kami berkumpul sebentar untuk diberi tahu bahwa akan ada review mengenai Live In. Kami hanya memiliki waktu untuk bersiap-siap selama kurang lebih 30menit. Beberapa teman saya menumpang mandi dan keramas di kost yang saya tempati. Setelah semua siap, kami kembali ke kampus dengan mengenakan kaos berwarna putih.

            Kami bermain games, bernyanyi, menonton video motivasi yang membuat kami menjadi lebih bersyukur dengan apa yang kami miliki. Kami juga berkumpul sesuai kelompok yang telah dibagikan untuk memberikan review project live in ini. Kami membuat lingkaran untuk berbagi cerita mengenai apa saja yang telah kami lakukan dan kami pelajari di Cilincing. Satu-persatu teman bercerita dengan penuh tangisan, saat itu semuanya terasa sangat intens.

            Setelah mendengar cerita dari teman-teman, saya menyadari bahwa semua orang hiudp dengan kondisi yang berbeda-beda. Mereka memiliki kesulitan, tantangan dan merasakan kebahagiaan dengan cara yang berbeda pula.

            Sebelumnya, sebelum saya bertemu dengan keluarga pak Bambang dan melakukan project live-in ini, saya tak acuh dengan keadaan dan lingkungan sekitar. Namun setelah melakukan live-in, saya sadar bahwa semua yang ada didunia ini adalah harta, semua yang kita butuhkan harus didapatkan dengan usaha. Saya sadar bahwa kebahagiaan dan keluarga adalah yang utama. Saya juga sadar bahwa kita harus bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan dan harus menjaganya dengan baik. Terkadang, mungkin kita berpikir untuk dapat memiliki segalanya dan merasa apa yang kita miliki masih sangat kurang, namun kita lupa bahwa sebenarnya ada banyak orang diluar sana yang berharap memiliki kehidupan yang layak, nyaman, aman dan tentram seperti yang kita miliki. Jadi, jangan lupa untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki😊




Terima kasih pak Bambang, terima kasih ibu Suriyati, nenek, Bayu, Sekar dan ibu Amel yang telah menerima saya sebagai keluarga walau hanya 2 hari 1 malam. Thankyou for teaching me  how to be more grateful. Thankyou for everything. It was definitely an unforgettable experience

Tidak ada komentar:

Posting Komentar