Ini cara penulisannya emang baku karena ini tuh sebenernya tugas makalah gue wkakaka, males gue edit ke bahasa sehari-hari jadi ya gue copas aja langsung hehe. Tujuan utama sih mau cerita aja biar ga lupa sampe gue tua nanti๐
SOCIAL PROJECT
LIVE IN
Nama saya Siska Amelia. Saya adalah
mahasiswa D3 Sekretari STARKI. Saya akan menceritakan pengalaman Live in yang
telah berlangsung pada tanggal 5 hingga 6 Mei 2017.
Pada Jumat, 5 Mei 2017, para mahasiswa gelombang 2
yang akan mengukuti live-in dikumpulkan di lobby untuk mengisi daftar hadir,
kami semua juga diberikan makan siang. Tepat pukul 10 pagi di depan lobby aula
bintang samudra, para mahasiswa berbaris sesuai nomor mobil tronton yang akan
ditumpangi. Setelah dipastikan semua mahasiswa lengkap, kami semua memasuki mobil
tronton.
Cuaca pagi itu cukup panas dan berdebu sehingga banyak
dari teman-teman yang memakai masker dan mebawa kipas. Panasnya terik matahari ditambah
mobil troton yang tidak ber-ac membuat teman-teman lelah bahkan sebelum sampai
pada lokasi Live-in yakni di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Banyak juga
teman-teman yang memutuskan untuk tidur diperjalalanan.
Setelah sampai di daerah cilincing, kami semua
dikumpulkan di suatu tempat untuk dibagikan kelompok. Saya sangat berharap
untuk berada dikelompok yang sama dengan teman dekat saya, atau paling tidak
satu kelompok dengan teman sekelas yang tentunya sudah saya kenal. Untungnya
saya satu kelompok dengan beberapa teman sekelas, saya pun merasa sedikit lega.
Setelah dibagikan kelompok, kami
menaikki mobil angkot untuk menuju ke lokasi. Saya sendiri mendapatkan kelompok
yang tinggal disekitar sekolah empang. Yang saya bayangkan pertama kali saat
mendengar kata ‘sekolah empang’ adalah : tinggal dan mengajar anak-anak
pemulung dan nelayan disekolah kumuh yang terbuat dari bambu yang berlokasi di
empang dengan air yang berwarna hitam dan berbau busuk. Namun, ternyata
realitanya tidak seperti yang saya bayangkan.
Ketika saya sampai, saya disambut hangat oleh keluarga
angkat saya, yakni Pak Bambang, Ibu Suriyati, anaknya yang bernama Bayu dan
nenek (ibu dari bu suriyati). Mereka langsung mempersilahkan saya untuk duduk
dan beristirahat sejenak.
Gambar dibawah merupakan hal pertama yang saya lihat
ketika memasuki rumah orangtua angkat saya. Rumahnya berukuran kecil, kurang
lebih 8m x 3m. Atap rumah terbuat dari kayu dan rotan. Rumah pak Bambang juga
memiliki beberapa alat elektronik seperti kipas angin, televisi (layarnya berwarna
kehijauan), dispenser, dvd yang sudah hampir rusak serta kulkas yang tidak
berfungsi, yang kini fungsinya untuk menyimpan makanan dari tikus dan binatang
lainnya.
Belum lama saya duduk, mereka langsung menawarkan saya
makanan, padahal saat itu saya sudah cukup kenyang. Namun karena tidak sanggup
menolak, akhirnya saya mengiyakan. Saya sangat bersyukur karena mereka memberi
saya makanan yang layak, yakni nasi dengan tempe goreng, sayur asem, serta
sambal.
Saya sempat izin ke toilet, dan foto dibawah
inilah kondisi kamar mandi keluarga pak Bambang. Foto pertama adalah foto
toilet, tidak ada pintu, hanya ada kain lusuh untuk menutupi toilet. Dan lubang
toilet pun langsung terhubung ke kali yang berwarna hitam pekat. Kamar mandi
ini sedikit terbuka sehingga sejujurnya membuat saya sedikit kurang nyaman.
Foto kedua merupakan hal yang pertama saya lihat setelah keluar dari toilet,
yakni dapur dan tempat berwudhu. Ada beberapa burung peliharaan yang
berterbangan sehingga banyak kotoran di lantai yang terbuat dari triplek
sehingga mengharuskan saya untuk menggunakan sandal. Menurut saya tempat ini kurang
layak untuk berwudhu karena tempat tersebut kotor dan bau kotoran burung.
Tetapi untungnya air dalam bak tersebut bersih sehingga saya masih bisa
berwudhu. Di sisi kanan pada foto ke-2 merupakan pintu untuk kembali ke ruang
tengah.
Setelah istirahat, sholat dan makan siang, pada pukul 2, saya diajak oleh pak Bambang untuk ikut memulung. Awalnya saya berpikir akan diajak mencari botol-botol dan gelas-gelas air mineral satu-persatu dijalanan dan selokan, ternyata saya salah. Saya menemani pak Bambang mendorong gerobaknya untuk pergi ke rumah-rumah tertentu, ke rumah yang memang biasanya memberikan berkarung-karung botol dan gelas air mineral.
Botol-botol, mainan bekas, aluminium, dan kardus-kardus
tersebut ditimbang disebuah rumah warga, saya membantu pak Bambang untuk
mencatat timbangan barang-barang tersebut. Saya pikir pak Bambang akan dibayar
karena telah mengambil baranng-barang bekas tersebut, lagi-lagi saya salah.
Justru pak Bambang lah yang membayar orang-orang yang memberinya berkarung-karung
barang bekas tersebut.
Setelah kurang lebih 2 jam saya berkeliling menemani
pak Bambang, akhirnya gerobak pun penuh dan kami kembali ke rumah. Setelah
sampai dirumah, saya membantu nenek dan ibu Suriyati untuk membuka merk air
mineral, untuk yang berbentuk botol, tutup botol dipisahkan dan botolpun
diremukkan, sedangkan untuk yang berbentu gelas, merk air dibagian atas dibuka
lalu ditumpuk dengan gelas-gelas lainnya. Setelah saya bertanya kepada nenek,
ternyata pak Bambang membeli barang rongsokan tersebut, tapi pak Bambang juga
akan dibayar oleh oknum yang mengambil barang-barang dan botol-botol tersebut
yang telah dibersihkan (dibuka-kan merk nya).
Setalah selesai melakukan pembersihan botol-botol air mineral tersebut, saya dipersilahkan untuk istirahat dan menonton tv bersama Bayu. Bayu merupakan anak ke-2 dari pak Bambang dan ibu Suriyati yang berumur 5 tahun. Anak pertama mereka yakni Sekar sekarang duduk di kelas 2 SMP. Namun saat saya pertama kali berada dirumah, Sekar sedang bersekolah, setelah sampai rumahpun, Sekar menyapa dan berkenalan sebentar dengan saya lalu masuk ke satu-satunya kamar yang ada di rumah itu. Ia terlihat lelah dan lebih sering terihat tidur.
Bayu sangat menyukai film animasi Angry Bird.
Dan lucunya, dalam durasi film satu jam, ia hanya mengulang adegan saat Angry
Bird sedang tertengkar dan marah dengan orang-orangan sawah. Ia bahkan sampai
hapal percakapan dalam adegan tersebut. Ia sangat lucu dan menggemaskan saat
tertawa lepas karena film tersebut. Selain ditemani Bayu, saya juga ditemani 2
teman Bayu, yakni Morin dan Revan.
Ini bayu |
Ini revan |
Bayu, Saya dan Morin |
Sore hari sekitar pukul 5, saya
diajak oleh pak Bambang untuk jalan-jalan ke sekitar rumah kerang, hal ini
karena saya sempat bercerita bahwa beberapa teman saya ada yang ditempatkan di
rumah kerang. Mungkin pak Bambang ingin agar saya bertemu dengan teman-teman
saya. Kami bertiga menuju ke lokasi menggunakan motor yang entah milik siapa.
Kami melewati perkampungan, melewati Kuburan Semper, dan melewati tempat
kremasi cilincing. Sampai akhirnya kami sampai di lokasi. Dari parkiran pun
sudah tercium bau amis yang menyengat. Kami bertiga masih harus berjalan kaki
untuk sampai di rumah kerang. Sekitar 10 menit berjalan kaki, akhirnya kami pun
sampai.
Banyak sekali kerang-kerang
yang bertumpukan. Pemandangan ke laut pun cukup membuat hati saya tenang karena
sudah cukup lama saya tidak melihat laut. Untungnya, cuaca sore itu tidak
terlalu panas sehingga saya bisa menikmati pemandangan sore menuju laut yang cukup
bagus. Tidak lupa saya mengambil beberapa foto bersama Bayu dan pak Bambang
sebagai kenang-kenangan
Sayangnya
kami tidak bertemu satu pun dengan teman-teman dari STARKI. Mungkin perkampungan
yang saya singgahi berbeda dengan tempat yang teman-teman lain tempati. Kami
pun memutuskan untuk pulang. Walaupun tidak bertemu dengan teman-teman yang
lain, saya tidak kecewa sama sekali karena saya jadi bisa melihat dan terjun
langsung melihat tempat pengupasan kerang.
Sebelum sampai dirumah, kami
sempat mampir sebentar ke toko es kelapa untuk menghilangkan dahaga. Kami
memesan 3 gelas es kelapa dan langsung meminumnya di toko tersebut.
Kami
sampai dirumah sekitar pukul 7 malam. Lalu saya bersiap-siap untuk pindah ke
rumah lain. Sebenarnya saya seharusnya tidur di rumah pak Bambang, namun karena
saat itu ada nenek (ibu dari bu Suriyati) yang sedang berkunjung, saya
dipindahkan ke rumah lain yang tidak jauh dari rumah pak Bambang, kurang lebih
100meter dengan berjalan kaki.
Pukul 8
malam saya sampai di rumah lain (rumah ibu Amel). Ternyata ada 2 mahasiswa dari
STARKI, yakni Kiki Putri (D3 Sekretari) dan Niken Montana (S1 Komunikasi). Lalu
kami mengobrol bersama karena memang tidak ada lagi pekerjaan yang harus kami
lakukan. Karena malem itu udaranya cukup panas, kami memutuskan untuk mandi
bergantian. Untungnya kamar mandi rumah ibu Amel layak digunakan. Kamar
mandinya tertutup dan bersih sehingga kami dapat mandi dengan tenang.
Kami disediakan kamar untuk
tidur bertiga. Walaupun sedikit berdebu, namun kami bertiga merasa bersyukur
masih dapat tempat tidur yang layak, dengan kasur yang empuk dan disertai
dengan bantal daan guling. Karena yang saya dengar dari teman-teman yang lain,
mereka ada yang tidur di lantai, kamar mandi yang mereka tempati pun kurang
layak, bahkan ada yang sangat susah mendapatkan air bersih, ada pula yang
tinggal di dekat tempat prostitusi dimana banyak orang yang mabuk. Oleh karena
itu, saya pribadi sangat amat bersyukur ditempatkan dirumah yang aman dan
nyaman.
Saya bangun pukul 7 pagi. Setelah
siap-siap, saya kembali ke rumah pak Bambang sekitar pukul 8 pagi. Setelah
sampai, saja diajak untuk sarapan pagi dengan menu ayam dan telur rica-rica.
Sekitar jam 9 pagi, saya diajak pak Bambang untuk kembali mengambil barang di
suatu rumah. Jaraknya tidak jauh hanya sekitar 150meter dari rumah pak Bambang.
Setelah
selesai, saya kembali menamani dan bermain dengan Bayu, saya pinjamkan ponsel
saya untuk menonton video di youtube. Ia sangat senang dan terkagum-kagum
dengan video-video di youtube seakan belum pernah sama sekali melihat
canggihnya teknologi.
Tidak terasa
waktu sudah menunjukkan pukul 11, saya mulai bersiap-siap untuk pulang. Saya
berpamitan dengan Pak Bambang, Sekar, dan nenek. Ibu Suriyati dan Bayu menemani
saya ke tempat berkumpul para mahasiswa STARKI di sekolah empang. Setelah
sampai, saya berpamitan dan mengucapkan terimakasih. Setelah menunggu kurang
lebih 1 jam. Akhirnya kami sampai ditempat perkumpulan. Kami diberi makan siang
berupa ayam dan sayur. Setelah semua siap, kami semua berangkat menggunakan
tronton yang sama seperti saat kami berangkat. Semua teman-teman terlihat
lelah, lesu dengan rambut yang lepek. Semuanya sangat tidak sabar untuk mandi
dan keramas.
Setelah sampai di kampus, kami
berkumpul sebentar untuk diberi tahu bahwa akan ada review mengenai Live In.
Kami hanya memiliki waktu untuk bersiap-siap selama kurang lebih 30menit.
Beberapa teman saya menumpang mandi dan keramas di kost yang saya tempati.
Setelah semua siap, kami kembali ke kampus dengan mengenakan kaos berwarna
putih.
Kami
bermain games, bernyanyi, menonton video motivasi yang membuat kami menjadi
lebih bersyukur dengan apa yang kami miliki. Kami juga berkumpul sesuai
kelompok yang telah dibagikan untuk memberikan review project live in ini. Kami
membuat lingkaran untuk berbagi cerita mengenai apa saja yang telah kami
lakukan dan kami pelajari di Cilincing. Satu-persatu teman bercerita dengan
penuh tangisan, saat itu semuanya terasa sangat intens.
Setelah
mendengar cerita dari teman-teman, saya menyadari bahwa semua orang hiudp
dengan kondisi yang berbeda-beda. Mereka memiliki kesulitan, tantangan dan
merasakan kebahagiaan dengan cara yang berbeda pula.
Sebelumnya,
sebelum saya bertemu dengan keluarga pak Bambang dan melakukan project live-in
ini, saya tak acuh dengan keadaan dan lingkungan sekitar. Namun setelah
melakukan live-in, saya sadar bahwa semua yang ada didunia ini adalah harta,
semua yang kita butuhkan harus didapatkan dengan usaha. Saya sadar bahwa
kebahagiaan dan keluarga adalah yang utama. Saya juga sadar bahwa kita harus bersyukur
dengan apa yang telah Tuhan berikan dan harus menjaganya dengan baik. Terkadang,
mungkin kita berpikir untuk dapat memiliki segalanya dan merasa apa yang kita
miliki masih sangat kurang, namun kita lupa bahwa sebenarnya ada banyak orang
diluar sana yang berharap memiliki kehidupan yang layak, nyaman, aman dan
tentram seperti yang kita miliki. Jadi, jangan lupa untuk selalu bersyukur
dengan apa yang kita miliki๐❤
Terima
kasih pak Bambang, terima kasih ibu Suriyati, nenek, Bayu, Sekar dan ibu Amel
yang telah menerima saya sebagai keluarga walau hanya 2 hari 1 malam. Thankyou
for teaching me how to be more grateful.
Thankyou for everything. It
was definitely an unforgettable experience ❤
Tidak ada komentar:
Posting Komentar